BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca permulaan merupakan tahapan
proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk
memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi
bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca
dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang
menyenangkan.
Perlu diketahui tugas guru yang
terpenting adalah sebagai pelaksana operasional pembelajaran, secara khusus
mata pelajaran membaca dan menulis di kelas rendah dapat dilaksanakan dengan
baik, maka dari apa itu guru hendaknya mempelajari, memahami, dan mengkaji GBPP
yang sudah menjadi tanggung jawabnya, dari situlah guru dapat memperoleh
gambaran sejauh mana mata pelajaran tersebut akan disajikan nantinya. Dengan
demikian guru dapat merancang pembelajaran, maupun melaksanakan pembelajaran,
mampu menilai atau mengevaluasi hasil belajar, yang nantinya bertujuan pada
kompetensi yang digariskan dapat tercapai sesuai dengan harapan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode pembelajaran MMP di SD kelas
rendah?
2. Bagaimana metode pembelajaran MMP di SD
kelas rendah?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, penulis mempunyai tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Memahami metode pembelajaran
membaca menulis permulaan
2. Memahami rancangan pembelajaran
membaca menulis permulaan
D.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
D.
Manfaat
Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A.
Metode
dalam Pembelajaran MMP
B.
Rancangan Pembelajaran MMP
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam
Metode Pembelajaran di Kelas Rendah
MMP merupakan
kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat
anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku
sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar,
yakni kemampuan melek huruf Kemampuan menulis permulaan tidak jauh
berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan,
pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik
Menurut (Mackey dalam Subana, 20),
metode pembelajaran di kelas rendah akan diuraikan sebagai berikut :
1. Metode Eja
Pembelajaran MMP dengan metode eja memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut
dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai
contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be,
ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis
lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai,
a, b, c, d, dan seterusnya. Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan
untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang
sudah dikenalnya.
Misalnya :
b,
a → ba (dibaca be. a → ba )
d,
u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du
dilafalkan Badu
b,
u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’
Proses ini sama dengan menulis
permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf lepas, kemudian
dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa suku kata.
Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis
seperti : ba - du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah
pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku
kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti
prinsip pendekatan spiral, pendekatan kumunikatif, dan pendekatan pengalaman
berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya
dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal
yang mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit
dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.
Kelemahan yang mendasar dari penggunaan
metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid
tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata
atau kata.
2.
Metode suku kata dan metode kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode
ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci,
cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku
kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari
daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata
menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :
ba – bi cu – ci da
– da ka – ki
ba – bu ca – ci du
– da ku – ku
bi – bi ci
– ca da – du ka – ku
ba – ca ka
– ca du – ka ku – da
Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan
dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian
suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak
lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi
satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata
kedalam suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan
kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode
ini yakni metode rangkai kupas.
3. Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam
metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya.
Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya.
Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara
global tanpa gambar.
Sebagai contoh dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang
menggunakan metode global.
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
b. Menguraikan salah satu kalimat
menjadi kata, kata menjadi suku kata.
Contoh: Kata menjadi huruf-huruf
|
4. Metode
Structural Analisis Sintesis (SAS)
Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan
proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini
mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang
member makna lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk
membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika
struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode
ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar
itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang
sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP
dengan metode SAS meliputi :
a. Kalimat menjadi kata-kata
b. Kata menjadi suku-suku kata
c. Suku kata
menjadi huruf-huruf
Mengenai itu, Momo (1987) mengemukakan beberapa cara, yaitu:
a. Tahap
tanpa Buku, dengan cara:
1) Merekam bahasa siswa.
2) Menampilkan
gambarsambil bercerita.
3) Membaca gambar.
4) Membaca gambar
dengan kartu kalimat.
5) Membaca kalimat
secara struktural (S).
6) Proses analitik
(A).
7) Proses sintetik
(S).
b. Tahap dengan Buku, dengan cara:
1) Membaca buku pelajaran.
2) Membaca majalah bergambar.
3) Membaca
bacaan yang disusun oleh guru dan siswa.
4) Membaca buku yang
disusun oleh siswa secara berkelompok.
5) Membaca
buku yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau
siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS
ini dipandang baik adalah:
a.
Metode
ini menganut prinsip ilmu bahasa umumbahwa bentuk bahasa
terkecil adalah kalimat.
b.
Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
c. Metode ini menganut prinsip menemukan
sendiri.
Kelemahan
metode SAS, yaitu:
a. Kurang praktis.
b. Membutuhkan banyak waktu
c. Membutuhkan alat peraga
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu
teknik mengajar dengan memperagakan, mempertunjukan, atau menayangkan sesuatu.
Siswa dituntut memperhatikan objek yang didemonstrasikan. Melalui metode ini
siswa dapat mengembangkan keterampilan mengamati, menggolongkan, menarik
kesimpulan, menerapkan atau mengkomunikasikan.
6. Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam
kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide atau pikiran tentang
suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah, menjawab suatu
pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan.
Jadi setiap siswa harus aktif memecahkan masalah. Apabila proses diskusi
melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat terjadi secara langsung
dan bersifat berpusat pada siswa.
Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan
tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta
menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa
karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara
aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi
mereka.
7.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode mengajarkan sesuatu bahan
dengan penuturan, penerangan, atau penjelasan bahasa lisan kepada siswa. Keberhasilan
siswa melalui teknik ceramah sangat bergantung kepada kemampuan siswa dalam
menyimak.
8. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah teknik
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas
berdasarkan petunjuk atau instruksi guru. Tugas dapat bersifat individu dan
kelompok.
9. Metode Tanya Jawab
Melalui pertanyaan guru memancing
waktu jawaban tertentu dari siswa jawaban yang diharapkan akan tercapai apabila
siswa telah mempunyai pengetahuan siap, ingatan, atau juga penalaran tentang
yang ditanyakan. Gambaran situasi yang mendahului pertanyaan sangat membantu
siswa dalam menanggapi pertanyaan. Melalui metode ini dapat dikembangkan
keterampilan mengamati, menafsirkan, menggolongkan, menyimpulkan, menerapkan, dan
mengkomunikasikan.
10. Metode Abjad dan Metode
Bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua.
Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode
Abjad: bo-bo à bobo
la-ri à lari
Metode
Bunyi: na-na à nana
lu-pa à lupa
B. Rancangan Pembelajaran MMP
1. Model Pembelajaran MMP
Pada
bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode
tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab
mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni
tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di sini, bukanlah
persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok
langkah-langkah pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP
tertentu.
Mengenai
pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru
bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP
yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya. Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan, yakni (a)
pembelaran tanpa buku, dan (b) pembelajaran dengan menggunakan buku.
a.
Langkah-langkah Pembelajaran MMP Tanpa
Buku
Pembelajaran
membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada
minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung
kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat
dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Berikut ini akan
disajikan salah satu model alternatif pembelajaran membaca permulaan tanpa
buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Sebelum KBM dilakukan
sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat
merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan
antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus
untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan
ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan mau belajar
di sekolah. Pilihan variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
1) Menunjukkan gambar
Variasi
ini dilakukan dengan cara guru memperlihatkan sebuah gambar yang melukiskan
sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan
perempuan). Hal ini dimaksudkan utnuk menarik minat dan perhatian anak.
2) Menceritakan gambar
Guru
menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-peran yang
terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan
huruf-huruf yang pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. GBPP dan Buku
Paket dapat dijadikan acuan untuk penamaan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda
dapat menyebutkan: “mama” untuk
gambar ibu, “mimi” untuk gambar
anak perempuan, dan “nana” untuk
gambar anak laki-laki, “bapak” untuk
gambar ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat
dalam GBPP/Kurikulum atau tema-tema yang diperkirakan menarik perhatian anak
dan akrab dengan kehidupan anak.
3) Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
Selanjutnya,
satu dua orang siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebut dengan bahasanya
sendiri.
4) Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf
(tulisan) melalui bantuan gambar
Pada
fasse ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah dan
menempelinya dengan tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai
contoh: dibawah gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi, “ini mama” atau “ini ibu” (bergantung kepada pemilihan
metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS, Metode Kata, Metode Eja, dan
seterusnya).
5) Membaca tulisan bergambar
Pada
fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai dengan metode
yang dipilihnya. Jika menggunakan Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalan
lambang tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses drill
(teknik tubian) atau proses hafalan. Jika menggunakan Metode Global atau Metode
26
6)
Membaca tulisan tanpa gambar
Setelah
proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat
menyingkirkan gambar-gambar tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk
tuliannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di
papan tulisan dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan
keutuhan makna atau keutuhan informasi kepada anak. Misalnya, guru dapat
menyajikan wacana seperti berikut. ini
mama ini mimi ini nana ini mama mimi ini mama nana
7) Memperkenalkan huruf, suku kata, kata,
atau kalimat dengan bantuan kartu
Berikut
ini akan disajikan berbagai alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa melalui
kartu-kartu.
(a) memperkenalkan
unsur kalimat/kata
ini
|
mama
|
…
|
mama
|
ini
|
….
|
…
|
…
|
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
pelaksanaannya di dalam kelas dikenal bermacam-macam metode pembelajaran MMP,
yakni metode eja, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS.
Pembelajaran
MMP dengan metode eja dimulai dengan pengenalan unsur bahasa terkecil yang
tidak bermakna, yakni huruf. Berbekal pengetahuan tentang huruf-huruf tersebut,
kemudian pembelajaran MPP bergerak menuju satuan-satuan bahasa di atasnya, yakni
suku kata, kata dan akhirnya kalimat. Perbedaan dari kedua metode ini terletak
pada cara pelafalan abjadnya.
Metode suku
kata dan metode kata memulai pembelajaran MMP dari msuku-suku kata(metode suku
kata ) dan dari kata ( metode kata ). Proses pembelajaran melalui kedua metode
ini dilaksanakan dengan teknik mengupas dan teknik merangkai.
Metode global
dan metode SAS memiliki kesamaan dalam hal pengambilan titik tolak pembelajaran MMP. Proses
pembelajaran dimaksud diawali dengan memperkenalkan struktur kalimat sebagai
dasar bagi pembelajaran MMP. Perbedaannya proses pembelajaranMMP dengan metode
global tidak disertai dengan proses sintesis, sedangkan SAS menurut proses
analisis dan proses sintesis.
B. Saran
1.
Agar
pembaca lebih memahami cara mengajarkan membaca menulis permulaan yang benar
dan mudah dipahami peserta didik.
2.
Agar
pembaca lebih memahami model pembelajaran membaca menulis permulaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar