BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat
pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak
dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi
pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan
secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan
modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar
tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di
sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek
pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.
Teori dan praktek pendidikan memiliki spektrum yang sangat
luas mencakup seluruh pemikiran dan pengalaman tentang tujuan, proses, serta
hasil pendidikan. Pendidikan dapat dipelajari secara empirik berdasarkan
pengalaman maupun melalui perenungan dengan melihat makna pendidikan dalam
konteks yang lebih luas. Praktek pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena
teori pendidikan akan memberikan manfaat antara lain: (1) Sebagai pedoman
untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai; (2) Mengurangi kesalahan-kesalahan
dalam praktek pendidikan karena dengan memahami teori dapat dipilih mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan; (3) Sebagai tolok ukur untuk
mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan.
Teori pendidikan yang berisikan konsep-konsep dapat
dipelajari dengan menggunakan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan
filosofi yang akan melahirkan pemahaman tentang filsafat pendidikan. Pendekatan
filosofis terhadap pendidikan merupakan suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah pendidikan menggunakan metode filsafat. Pendidikan
membutuhkan filsafat, karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan semata, yang terbatas pada pengalaman.
Dalam kegiatan pendidikan akan muncul
masalah yang lebih luas, kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh
pengalaman indrawi maupun fakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pendidikan (science of education). Masalah-masalah tersebut antara lain adalah
tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai
pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta,
namun pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan
sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui
filsafat.
Sejarah filsafat menunjukkan bahwa tidak
hanya satu filsafat yang berkembang, melainkan banyak jenis aliran atau mazhab
filsafat. Dalam filsafat ditemukan adanya aliran seperti idealisme, realisme,
materialisme, pragmatisme, eksistensialime, dan sebagainya. Dengan demikian,
pendekatan filosofis dalam memaknai teori pendidikan akan didasari oleh
berbagai aliran filsafat tersebut. Dalam mempelajari dan mengembangkan teori
pendidikan perlu dipahami aliran-aliran filsafat yang melandasinya.
Kiranya kegiatan pendidikan tidak
sekedar dipandang sebagai gejala sosial yang bersifat rasional semata akan
tetapi ada sesuatu yang mendasarinya. Peranan filsafat dalam mendasari teori
ataupun praktek pendidikan merupakan salah satu sumbangan berharga bagi
pengembangan pendidikan. Dengan memperhatikan uraian di atas, salah satu
pertanyaan yang muncul adalah: “Bagaimana aliran-aliran filsafat melandasi
teori pendidikan?” Pertanyaan tersebut akan dijawab dengan mengkaji pemikiran
tentang teori pendidikan menurut aliran-aliran filsafat yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam
pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua
berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh. Tegasnya, filsafat adalah karya akal manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu
atau pendekatan yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran
segala sesuatu. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang seringkali disebut
sebagai raksasa pemikir Barat, filsafat adalah ilmu pokok yang merupakan
pangkal dari segala pengetahuan.
Landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal
sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Pragmatisme dan Scholastisisme
1.
Idealisme
NO
|
KONSEP
|
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
|
|
1.
|
Hakikat Realitas
|
- Bersifat
spiritual atau ideal, fundamental, non material
- Pikiran,
spirit, roh
- Spirit, ide
|
|
2.
|
Hakikat Manusia
|
- Bersifat
spiritual/kejiwaan.
- Memiliki
kemampuan berpikir, kemampuan memilih, dsb
- Manusia
adalah makhluk yang bebas
- Manusia
memiliki kemampuan rasional untuk menentukan pilihan.
Menurut plato manusia memiliki 3
bagian jiwa yaitu:
|
|
3.
|
Hakikat Pengetahuan
|
- Proses berpikir
- Intuisi
- Mengingat kembal
|
|
4.
|
Hakikat Nilai
|
·
Bersifat
abadi
·
Sesuatu
yang berharga
·
Sesuatu
yang diinginkan orang
·
Nilai dapat
menjadi aturan-aturan yang dapat memerintah manusia
·
Nilai
moral imperatif dan abadi
|
|
5.
|
Tujuan Pendidikan
|
- Mengembangkan pikiran, kepribadian, bakat
yang dimiliki para siswa.
- Menumbuhkan karakter pada diri seorang
siswa.
|
|
6.
|
Kurikulum Pendidikan
|
·
Pendidikan
liberal : untuk mengembangkan kemampuan rasional dan moral
·
Pendidikan
vokasional : untuk mengembangkan kemampuan suatu kehiduan/pekerjaan
·
Kurikulum
merupakan nilai-nilai kebudayaan yang esensial dalam segala jaman.
|
|
7.
|
Metode Pendidikan
|
- Mengajarkan bagaimana berpikir
- Metode mengajar yang bisa mendorong untuk
berpikir reflektif, logis
- Meningkatkan minat terhadap isi mata
pelajaran
- Dapat menerima nilai-nilai peradaban
manusia.
|
|
8.
|
Peranan Pendidik
|
·
Melatih
berpikir kreatif untuk menghasilkan siswa yang unggul.
·
Pendidik
harus unggul (exelent)
·
memiliki
pengetahuan yang luas
·
proses
transfer ilmu
|
|
Idealisme berasal dari kata “ideal” dengan tambahan
sufiks/akhiran “-isme” yang berasal dari bahasa Yunani kuno -ισμός (-ismos) yang memiliki fungsi membentuk kata benda abstrak
terhadap suatu tindakan, keadaan, pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’
sendiri memiliki arti suatu kondisi paling wajar yang dikehendaki atau
diinginkan. Contoh yang paling mudah dari sebuah idealisme biasaya digunakan
pada bidang politik, sosial, dan segala suatu hal yang bersifat pemikiran.
Idealisme menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki arti:
1.
Suatu
aliran di ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai
satu-satunya
hal yang benar, yang dapat dirasakan dan dipahami .
2.
Hidup
atau berusaha hidup menurut cita-cita (yaitu menurut suatu patokan atau pedoman
yang dianggap sempurna).
3.
Sas aliran yg mementingkan khayal atau
fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng
kenyataan.
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan
oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari
India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang
hidpu pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang
menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau
jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.
Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
1.
Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2. Hakikat
akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah
ruh, mental atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak
ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi
apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan
sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu,
sekarang atau nanti adalah gambaran mental manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The
only space or place of the world is the soul," and "Time must not be
assumed to exist outside the soul”.
Keunikan manusia terletak dalam fakta bahwa manusia
memberikan makna- makna simbolik bagi tindakan-tindakan mereka. Manusia
menciptakan rangkaian gagasan dan cita-cita yang rinci dan menggunakan konstruk
mental ini dalam mengarahkan pola perilaku mereka. Berbagai karakteristik pola
perilaku yang berbeda- beda dalam masyarakat yang berbeda dilihat sebagai hasil
serangkaian gagasan dan cita- cita yang berbeda pula. Paham idealisme memandang
bahwa cita-cita (yang bersifat luhur) adalah sasaran yang harus dikejar dalam
tindakan manusia. Manusia menggunakan akalnya untuk bertindak dalam kehidupan
sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat.
Para idealis menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan
jasad adalah fana. Lebih lanjut penganut idealisme transendental menganggap
bahwa alam semesta atau makro kosmos ini tidak ada. Karena sesungguhnya yang
ada hanyalah Allah yang menciptakannya. Diri manusia atau mikro kosmos adalah
makhluk spiritual yang merupakan bagian dari substansi spiritual alam semesta.
Apa yang harus diketahui sesungguhnya sudah ada dalam jiwa.
Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi
kesadaran. Para mendidik berusaha agar murid mencapai keadaan kesempurnaannya.
Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara
terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi
demi generasi. Paling tinggi tingkatannya adalah ilmu umum tentang filosofi dan
theologi. Kedua hal ini bersifat abstrak. Matematika menjadi alat yang sangat
berguna untuk memahami ilmu atau logika yang bersifat abstrak. Sejarah dan
literatur mempunyai posisi yang tinggi karena ia mewariskan nilai moral, model
budaya dan kepahlawanan maupun contoh kehidupan. Ilmu alam dan sain menjadi
prioritas berikutnya karena menyediakan penjelasan tentang hubungan sebab
akibat.
Di samping siswa memahami literatur, Idealisme menganggap
perlu terbentuknya manusia yang baik. Untuk itu siswa tidak hanya didorong
untuk mengembangkan skill dan akal pikiran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai
kebaikan yg secara naluri sudah ada. Bagi idealist maka nilai-nilai
mencerminkan kebaikan yang terkandung pada alam semesta. Nilai-nilai ini
bersifat absolut, universal dan tidak berubah. Tindakan etis muncul dari
warisan budaya. Pendidik mengajarkan kepada murid-muridnya akan nilai- nilai
unggul dari mahakarya manusia yang bertahan dari masa ke masa.
Pertanyaan mendasar seperti: Apa itu pengetahuan? Jawabnya:
Pengetahuan adalah sesuatu yang menyangkut tentang prinsip-prinsip spiritual
yang mendasari realitas. Pengetahuan tentang realitas ini membentuk ide-ide
atau gagasan. Pendidikan adalah proses intelektual membawa gagasan atau ide
kepada kesadaran para pembelajar.
Pertanyaan tentang: Apakah itu sekolah? Jawabnya: Sekolah
adalah agen sosial di mana siswa berusaha mencari, mengungkap dan mendapatkan
kebenaran. Sekolah adalah institusi dimana guru dan murid mencari jawab atas
pertanyaan mendasar seperti: Apakah kebenaran itu? Apakah yang dinamakan
keindahan itu? Apakah kehidupan yang baik itu? Semua orang berhak mendapatkan
pegetahuan ini. Sehingga semua orang berhak sekolah. Meski demikian tidak
setiap orang mempunyai kemampuan intelektual yang sama. Murid yang cerdas perlu
mendapatkan tantangan yang lebih dari guru. Tujuan pembelajaran adalah memupuk
kreatifitas.
Bagaimana cara pembelajaran dilakukan? Methode yang paling
sesuai adalah metode dialog Socrates. Siswa dipancing dengan pertanyaan yang
dapat membangkitkan kesadaran. Aspek lain yang penting dalam padangan idealits
adalah pemberian contoh teladan. Guru harus mempunyai wawasan luas tentang
warisan budaya.
Dalam bidang masalah kualitas maka guru idealist menerapkan
standar nilai yang tinggi bagi siswa-siswanya. Dalam Plato’s Republic,
misalnya, standar nilai ini ditetapkan sedemikian tinggi sehingga hanya sedikit
siswa yang mampu mencapainya dan menjadi ‘raja filsafat’.
Guru menjadi agen penting dalam menolong siswa mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin. Guru idealis menyajikan bahan belajar berupa
warisan budaya yang terbaik. Membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya
mereka untuk kebudayaan. Sejarah dilihat sebagai cara melihat bagaimana manusia
besar memberikan sumbangsih pada dunia. Guru akan menyajikan karya klasik
terbaik dibidang seni, literatur maupun musik untuk dipelajari dan dinikmati.
Idealisme adalah aliran filsafat yang
berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia,
sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Konsep
filsafat menurut aliran idealisme adalah: (1) Metafisika-idealisme; Secara
absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan
secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi
kenyataan rohaniah yang lebih dapat berperan; (2) Humanologi-idealisme; Jiwa
dikarunai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih;
(3) Epistemologi-idealisme; Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi
dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai
oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar
manusia hanya sampai pada tingkat berpendapat; (4) Aksiologi-idealisme;
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari
pendapat tentang kenyataan atau metafisika
Dalam hubungannya dengan pendidikan,
idealisme memberi sumbangan yang besar tehadap perkembangan filsafat
pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam
spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh
karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian
alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan
alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia
yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang
terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Menurut Power (1982), implikasi
filsafat pendidikan idealisme adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan: untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat
atau kemampuan dasar, serta kebaikkan sosial;
(2) Kurikulum: pendidikan liberal untuk pengembangan
kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan;
(3) Metode: diutamakan metode dialektika, tetapi metode
lain yang efektif dapat dimanfaatkan;
(4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian,
bakat dan kemampuan dasarnya;
(5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan
lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
2.
Realisme
|
||||
NO
|
KONSEP
|
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
|
||
1.
|
Hakikat Realitas
|
- Pikiran, jiwa, spirit, roh
- Sesuatu yang nyata, substantial
dan material yang hadir dengan sendirinya (entity).
|
||
2.
|
Hakikat Manusia
|
- Bagian dari alam apa yang
dkerjakannya
- Pikiran (jiwa)
- sebuah organisme
- mampu berpikir dan manusia dapat
berpikir dengan bebas.
|
||
3.
|
Hakikat Pengetahuan
|
- Ide-ide.
- Pengalaman yang di alami diri
manusia.
- Berpikir untuk mencari objek dan
menemukan sebuah kebenaran.
- Tidak dapat mengubah substansi
atau esensi realitas.
|
||
4.
|
Hakikat Nilai
|
- Nilai adalah suatu pemberian
dari masyarakat kepada individu
- baik buruknya dalam bersikap.
- sesuatu yang berharga bagi
masyarakat dan individu
- sesuatu yang dicari.
|
||
5.
|
Tujuan Pendidikan
|
- Mengembangkan potensi para
peserta didik
- Dapat bertahan hidup dalam era
globalisasi
- Memperoleh keamanan dan memiliki
skill yang baik
- Memberikan pengetahuan yang essensial
- Memberikan
keterampilan-keterampilan
|
||
6.
|
Kurikulum Pendidikan
|
- Sains/ ilmu pengetahuan alam dan
matematika
- Ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial
- Nilai-nilai
- Berpusat pada materi pelajaran (
subject matter centered ).
|
||
7.
|
Metode Pendidikan
|
- Belajar dapat melalui pengalaman
langsung maupun tidak langsung
- Bersifat otoriter.
- Evaluasi
|
||
8.
|
Peranan Pendidik
|
- Guru sebagai penentu materi
pelajaran, membuat mata pelajaran
- Sebagai sesuatu yang kongkrit
untuk dialami siswa.
- Harus mengusai pengetahuan,
teknik-teknik mengajar
- Mengembangkan kompetensi dan
mencapai tujuan pendidikan.
|
||
Aliran filsafat realisme berpendirian
bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari
kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
(1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya
hanyalah kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial
(dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan
(pluralisme);
(2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada
apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang
mempunyai kemampuan berpikir;
(3) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan
sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan
dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan.
Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya
dengan fakta;
(4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh
hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah
diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam
kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan,
pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling
rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada
tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang
sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah,
metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam.
Namun, manusia tetap berbeda dalam
derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan
pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan,
melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan
terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran
yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan
pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana
memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat
dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan
siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan
strategi mengajar yang bermanfaat.
Menurut Power (1982), implikasi
filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
(2) Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan
yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;
(3) Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik
langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode
pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;
(4) Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang
handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah
esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh
hasil yang baik;
(5) Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan,
terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta
didik.
|
3. Pragmatisme
NO
|
KONSEP
|
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
|
|
1.
|
Hakikat Realitas
|
Pengalaman, plural, berubah-ubah,
eksperimental, instrumentalisme.
|
|
2.
|
Hakikat Manusia
|
Bagian dari perubahan, suatu kreasi,
evaluasi biologis, psikologis, sosial manusia ideal : mampu memecahkan
masalah.
|
|
3.
|
Hakikat Pengetahuan
|
Metode ilmiah, fenomena,
kebenaran, workability, satisfaction and result, pengaplikasian, relatif.
|
|
4.
|
Hakikat Nilai
|
Tidak bersifat ekslusif, benarnya
bersifat relatif masyarakat, ultimate value.
|
|
5.
|
Tujuan Pendidikan
|
Berpikir untuk menyesuaikan diri,
pengalaman, kesehatan, keterampilan, minat dan hobi, demokrasi.
|
|
6.
|
Kurikulum Pendidikan
|
Tradisi memperbaiki diri,
pengalaman, demokrasi, perubahan, teruji/pengalaman yang telah teruji.
|
|
7.
|
Metode Pendidikan
|
Metode pemecahan masalah, metode
penyelidikan dan penemuan, ikhlas, bersahabat, kreatif, sabar, pembimbing,
bermasyarakat.
|
|
8.
|
Peranan Pendidik
|
Menyediakan pengalaman, membimbing
pemecahan masalah, membimbing memecahkan tujuan, bekerja sama dalam evaluasi
kelas progresivisme.
|
|
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran
filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak
percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang memuaskan.
Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan segala sesuatu
secara berguna.
Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma”
yang berarti perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti
ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat
kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan
demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan
bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang
ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual,
konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan
perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang muncul di pikiran
manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki
fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau
direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang
bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh
kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
1)
kekuatan Pragmatisme
Ø Kemunculan
pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer, khususnya di
Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu
pengetahuan maupun teknologi.Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat
dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis,
abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang memikirkan atas
kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia, bukan nnati di
akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan aktivitas manusia
untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi,
dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan
sehari-hari.
Ø Pragmatisme
telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan
segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah
mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba
membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan
eksperimen-eksperimen sehingga munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu
pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang
sosial dan ekonomi.
Ø Sesuai
dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada “kepercayaan
yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti kebenarannya lewat
pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang
sakral dan mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompo pragmatisme
merupakan pendukung terciptanyademokratisasi, kebebasan manusia dan
gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat modern.
2) Kelemahan Pragmatisme
2) Kelemahan Pragmatisme
Ø Karena
pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran
absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara
alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri,
secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang
transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada
perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemepuan akal dalam mencapai
kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
Ø Karena
yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang
nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka
pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha
secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka
dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.
Ø Untuk
mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa
memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia
bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka
dalam struktur masyarakatnya manusipa hidup semakin egois individualis. Dari
sini, masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.
Implikasi Terhadap Pendidikan
:
Tujuan Pendidikan. Pendidikan harus
mengajarkan seseorang bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Tujuan-tujuan pendidikan meliputi:
1) Kesehatan yang baik
2) Keterampilan-keterampilan kejuruan (pekerjaan)
3) Minat-minat dan hobi-hobi untuk kehidupan yang
menyenangkan
4) Persiapan untuk menjadi orang tua
5) Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan
masalah-masalah sosial
Pendidikan
juga harus meliputi pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Menurut Pragmatisme, pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk
menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan sosialnya (Edward
and Clark, 1983).
Kurikulum Pendidikan. Dalam pandangan Pragmatisme, kurikulum sekolah
seharusnya tidak terpisahkan dari keadaan-keadaan masyarakat. Karena itu
masalah-masalah masyarakat demokratis harus menjadi bentuk dasar kurikulum; dan
makna pemecahan ulang masalah-masalah lembaga demokratis juga harus dimuat
dalam kurikulum. Karena itu kurikulum harus menjadi:
1) Berbasis pada masyarakat
2) Lahan praktek
cita-cita demokratis
3) Perencanaan
demokratis pada setiap tingkat pendidikan
4) Kelompok
batasan tujuan-tujuan umum masyarakat
5) Bermakna
kreatif untuk pengembangan keterampilan-keterampilan baru
6) Kurikulum
berpusat pada siswa
Metode Pendidikan. Penganut
Eksperimentalisme atau Pragmatisme mengutamakan penggunaan metode pemecahan
masalah (Problem Solving Method)
serta metode penyelidikan dan penemuan (Inquiry
and Discovery Method).
Peran guru dan siswa. Dalam Pragmatisme, belajar selalu
dipertibangkan untuk menjadi seorang individu. Dalam pembelajaran, peranan guru
bukan “menuangkan” pengetahuannya pada siswa, sebab ini merupakan usaha tak
berbuah.
Untuk membantu siswa guru harus
berperan:
a) Menyediakan
berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.
b) Membimbing
siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
c) Membimbing
merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok.
d) Membantu para
siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
e) Bersama-sama
kelas mengevaluai apa yang telah dipelajari.
4.
Scholastisisme
|
||||
NO
|
KONSEP
|
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
|
||
1.
|
Hakikat Realitas
|
Alam: ciptaan Tuhan, hylemorphe,
berbentuk, individuasi, perbedaan, esensi, dan eksistensi.
|
||
2.
|
Hakikat Manusia
|
Ciptaan Tuhan, kesatuan badan dan
jiwa, makhluk alamiah, makhluk berpikir, makhluk bermasyarakat, makhluk
spiritual, tujan hidup berupa kebahagiaan, jalan tuhan.
|
||
3.
|
Hakikat Pengetahuan
|
Keimanan, resiko, intuisi.
|
||
4.
|
Hakikat Nilai
|
Universal, kebaikan, tanggung jawab,
kebenaran yang pasti, absolut.
|
||
5.
|
Tujuan Pendidikan
|
Mengembangkan potensi, potensi
intelektual, fisikal, volisional (kemauan), juga vocasional, kesempatan.
|
||
6.
|
Kurikulum Pendidikan
|
Meliputi agama dan humanities,
disiplin matematika, logika, bahasa, dan retorika, pendidikan liberal,
pelajaran fundamental.
|
||
7.
|
Metode Pendidikan
|
Latihan formal, disiplin pikiran,
kateksimus, metode tanya jawab.
|
||
8.
|
Peranan Pendidik
|
Perennialisme, menekankan
pengetahuan dan nilai-nilai bersifat unversal.
|
||
Scholastisisme berpandangan bahwa kenyataan sebenarnya
terdiri atas kenyataan fisik dan material serta kenyataan rohaniah dan cita
yang lebih tinggi daripada kenyataan fisik dan material. Tujuan pendidikan
adalah membantu individu mencapai tingkat tertinggi sebagai manusia, yaitu
manusia yang berkembang penuh akal pikirannya, dan yang tunduk patuh kepada hukum
Tuhan.
Implikasi Terhadap Pendidikan :
Tujuan Pendidikan. Pendidikan harus bertujuan untuk
mengembangkan potensialitas manusia secara penuh menurut doktrin Scholastic.
Karena manusia adalah rational being/animal rational, keseluruhan potensiya
meliputi intelektual, fisikal, volisional (kemauan), dan vocasional.
Kurikulum Pendidikan. Isi pendidikan
harus meliputi agama dan ilmu kemanusiaan (humanities).
Metode Pendidikan. Metode pendidikan
yang diutamakan adalah metode mendisiplinkan pikiran (Disciplining the mind);
latihan formal (formall drill); persiapan jiwa dan Catekhisme.
Peranan guru dan siswa. Guru harus
menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Guru mempunyai wewenang untuk mengatur
kelas.
Orientasi
pendidikan Scholastisisme adalah Perennialisme (Callahan and Clark, 1983). Hal
ini dapat dipahami karena pendidikan Scholastisisme menekankan pengetahuan
pengetahuan dan nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal, absolue, menetap
atau abadi, serta prinsipnya yang religius. Perennialisme memandang tugas
pendidikan adalah untuk memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran
yang pasti, universal, absolute dan abadi atau menetap tersebut yang terdapat
dalam kebudayaan masa lampau yang diakuinya sebagai kebudayaan yang ideal.
pas nyari2 materi ehh ngeliyat blog sebias. annyeong unnie
BalasHapusAnnyeong chingu :) nde, kamsahamnida udah mampir di blog ini :)
BalasHapushaha kita sama2 yeojachingunya kyuhyun ya? kekeke :P
makasih ya..:) blognya mbantu tugas kuliahku smester 5 pgsd matkul landasan filosofis..thx
BalasHapusmakasih sudah membantu mama saya dalam mengerjakan makalahnya.. makasih bantuannya :)
BalasHapus