Selasa, 01 Oktober 2013

Makalah Metode Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan MMP di Kelas Rendah PGSD semester 2



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Perlu diketahui tugas guru yang terpenting adalah sebagai pelaksana operasional pembelajaran, secara khusus mata pelajaran membaca dan menulis di kelas rendah dapat dilaksanakan dengan baik, maka dari apa itu guru hendaknya mempelajari, memahami, dan mengkaji GBPP yang sudah menjadi tanggung jawabnya, dari situlah guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana mata pelajaran tersebut akan disajikan nantinya. Dengan demikian guru dapat merancang pembelajaran, maupun melaksanakan pembelajaran, mampu menilai atau mengevaluasi hasil belajar, yang nantinya bertujuan pada kompetensi yang digariskan dapat tercapai sesuai dengan harapan.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana metode pembelajaran MMP di SD kelas rendah?
2.    Bagaimana metode pembelajaran MMP di SD kelas rendah?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Memahami metode pembelajaran membaca menulis permulaan
2. Memahami rancangan pembelajaran membaca menulis permulaan

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang Masalah
B.                 Rumusan Masalah
C.                 Tujuan Penulisan Makalah
D.                Manfaat Penulisan Makalah
E.                 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.                Metode dalam Pembelajaran MMP
B.                 Rancangan Pembelajaran MMP
BAB III PENUTUP
A.                Simpulan
B.                 Saran

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Macam-macam Metode Pembelajaran di Kelas Rendah
 MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik
Menurut (Mackey dalam Subana, 20), metode pembelajaran di kelas rendah akan diuraikan sebagai berikut :
1.       Metode Eja
Pembelajaran MMP dengan metode eja memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya. Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan kumunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.
Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.

2.      Metode suku kata dan metode kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :
ba – bi                cu – ci              da – da            ka – ki
ba – bu               ca – ci              du – da                        ku – ku
bi – bi                 ci – ca              da – du                        ka – ku
ba – ca               ka – ca             du – ka                        ku – da

Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.

3.       Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
a.    Memperkenalkan gambar dan kalimat
b.    Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata.
         Contoh: Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
i n i                  m a m a
i -ni                  ma - ma
i ni          m - a – m - a

 


4.      Metode Structural Analisis Sintesis (SAS)
Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang member makna lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
a.   Kalimat menjadi kata-kata
b.   Kata menjadi suku-suku kata
c.   Suku kata menjadi huruf-huruf
Mengenai itu, Momo (1987) mengemukakan beberapa cara, yaitu:
a.   Tahap tanpa Buku, dengan cara:
1)    Merekam bahasa siswa.
2)    Menampilkan gambarsambil bercerita.
3)    Membaca gambar.
4)    Membaca gambar dengan kartu kalimat.
5)    Membaca kalimat secara struktural (S).
6)    Proses analitik (A).
7)    Proses sintetik (S).
b.   Tahap dengan Buku, dengan cara:
1)    Membaca buku pelajaran.
2)    Membaca majalah bergambar.
     3)    Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan siswa.
4)    Membaca buku yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
5)    Membaca buku yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:
a.      Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umumbahwa bentuk bahasa
       terkecil adalah kalimat.
b.    Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
c.    Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan metode SAS, yaitu:
a.    Kurang praktis.
b.    Membutuhkan banyak waktu
c.    Membutuhkan alat peraga

5.       Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu teknik mengajar dengan memperagakan, mempertunjukan, atau menayangkan sesuatu. Siswa dituntut memperhatikan objek yang didemonstrasikan. Melalui metode ini siswa dapat mengembangkan keterampilan mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan atau mengkomunikasikan.

6.      Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide atau pikiran tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah, menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Jadi setiap siswa harus aktif memecahkan masalah. Apabila proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat terjadi secara langsung dan bersifat berpusat pada siswa.
Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.

7.       Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode mengajarkan sesuatu bahan dengan penuturan, penerangan, atau penjelasan bahasa lisan kepada siswa. Keberhasilan siswa melalui teknik ceramah sangat bergantung kepada kemampuan siswa dalam menyimak.

8.      Metode Penugasan
Metode penugasan adalah teknik pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk atau instruksi guru. Tugas dapat bersifat individu dan kelompok.

9.       Metode Tanya Jawab
Melalui pertanyaan guru memancing waktu jawaban tertentu dari siswa jawaban yang diharapkan akan tercapai apabila siswa telah mempunyai pengetahuan siap, ingatan, atau juga penalaran tentang yang ditanyakan. Gambaran situasi yang mendahului pertanyaan sangat membantu siswa dalam menanggapi pertanyaan. Melalui metode ini dapat dikembangkan keterampilan mengamati, menafsirkan, menggolongkan, menyimpulkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.

10.     Metode Abjad dan Metode Bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode Abjad: bo-bo à bobo
                          la-ri   à lari
Metode Bunyi: na-na à nana
                          lu-pa à lupa

B.      Rancangan Pembelajaran MMP
1.      Model Pembelajaran MMP
Pada bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di sini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan, yakni (a) pembelaran tanpa buku, dan (b) pembelajaran dengan menggunakan buku.
a.              Langkah-langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Berikut ini akan disajikan salah satu model alternatif pembelajaran membaca permulaan tanpa buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Sebelum KBM dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan mau belajar di sekolah. Pilihan variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
1)      Menunjukkan gambar
Variasi ini dilakukan dengan cara guru memperlihatkan sebuah gambar yang melukiskan sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan utnuk menarik minat dan perhatian anak.
2)      Menceritakan gambar
Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-peran yang terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan huruf-huruf yang pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk penamaan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda dapat menyebutkan: “mama” untuk gambar ibu, “mimi” untuk gambar anak perempuan, dan “nana” untuk gambar anak laki-laki, “bapak” untuk gambar ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat dalam GBPP/Kurikulum atau tema-tema yang diperkirakan menarik perhatian anak dan akrab dengan kehidupan anak.
3)      Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
Selanjutnya, satu dua orang siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebut dengan bahasanya sendiri.
4)      Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambar
Pada fasse ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah dan menempelinya dengan tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi, “ini mama” atau “ini ibu” (bergantung kepada pemilihan metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS, Metode Kata, Metode Eja, dan seterusnya).
5)        Membaca tulisan bergambar
Pada fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalan lambang tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses drill (teknik tubian) atau proses hafalan. Jika menggunakan Metode Global atau Metode 26
6)      Membaca tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat menyingkirkan gambar-gambar tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk tuliannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di papan tulisan dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan keutuhan makna atau keutuhan informasi kepada anak. Misalnya, guru dapat menyajikan wacana seperti berikut. ini mama ini mimi ini nana ini mama mimi ini mama nana
7)      Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu
Berikut ini akan disajikan berbagai alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa melalui kartu-kartu.
(a) memperkenalkan unsur kalimat/kata
ini
mama
mama
ini
….

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dalam pelaksanaannya di dalam kelas dikenal bermacam-macam metode pembelajaran MMP, yakni metode eja, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS.
Pembelajaran MMP dengan metode eja dimulai dengan pengenalan unsur bahasa terkecil yang tidak bermakna, yakni huruf. Berbekal pengetahuan tentang huruf-huruf tersebut, kemudian pembelajaran MPP bergerak menuju satuan-satuan bahasa di atasnya, yakni suku kata, kata dan akhirnya kalimat. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada cara pelafalan abjadnya.
Metode suku kata dan metode kata memulai pembelajaran MMP dari msuku-suku kata(metode suku kata ) dan dari kata ( metode kata ). Proses pembelajaran melalui kedua metode ini dilaksanakan dengan teknik mengupas dan teknik merangkai.
Metode global dan metode SAS memiliki kesamaan dalam hal pengambilan  titik tolak pembelajaran MMP. Proses pembelajaran dimaksud diawali dengan memperkenalkan struktur kalimat sebagai dasar bagi pembelajaran MMP. Perbedaannya proses pembelajaranMMP dengan metode global tidak disertai dengan proses sintesis, sedangkan SAS menurut proses analisis dan proses sintesis. 

B.     Saran
1.             Agar pembaca lebih memahami cara mengajarkan membaca menulis permulaan yang benar dan mudah dipahami peserta didik.
2.             Agar pembaca lebih memahami model pembelajaran membaca menulis permulaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar