Minggu, 06 Oktober 2013

Makalah Landasan Filosofis (Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Scholastisisme) PGSD Semester 2



BAB I
PENDAHULUAN

Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.
Teori dan praktek pendidikan memiliki spektrum yang sangat luas mencakup seluruh pemikiran dan pengalaman tentang tujuan, proses, serta hasil pendidikan. Pendidikan dapat dipelajari secara empirik berdasarkan pengalaman maupun melalui perenungan dengan melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Praktek pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendi­dikan akan memberikan manfaat antara lain: (1) Sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai; (2) Mengurangi kesalahan-­kesalahan dalam praktek pendidikan karena dengan memahami teori dapat dipilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan; (3) Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan.
Teori pendidikan yang berisikan konsep-konsep dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan filosofi yang akan melahirkan pemahaman tentang filsafat pendidikan. Pendekatan filosofis terhadap pendidikan merupakan suatu pende­katan untuk menelaah dan memecahkan masalah pendidikan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat, karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang terbatas pada pengalaman.
Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas, kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan (science of education). Masalah-masalah tersebut antara lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.
Sejarah filsafat menunjukkan bahwa tidak hanya satu filsafat yang berkembang, melainkan banyak jenis aliran atau mazhab filsafat. Dalam filsafat ditemukan adanya aliran seperti idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialime, dan sebagainya. Dengan demikian, pendekatan filosofis dalam memaknai teori pendidikan akan didasari oleh berbagai aliran filsafat tersebut. Dalam mempelajari dan mengembangkan teori pendidikan perlu dipahami aliran-aliran filsafat yang melandasinya.
Kiranya kegiatan pendidikan tidak sekedar dipandang sebagai gejala sosial yang bersifat rasional semata akan tetapi ada sesuatu yang mendasarinya. Peranan filsafat dalam mendasari teori ataupun praktek pendidikan merupakan salah satu sumbangan berharga bagi pengembangan pendidikan. Dengan memperhatikan uraian di atas, salah satu pertanyaan yang muncul adalah: “Bagaimana aliran-aliran filsafat melandasi teori pendidikan?” Pertanyaan tersebut akan dijawab dengan mengkaji pemikiran tentang teori pendidikan menurut aliran-aliran filsafat yang ada.





BAB II
PEMBAHASAN

Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Tegasnya, filsafat adalah karya akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu atau pendekatan yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang seringkali disebut sebagai raksasa pemikir Barat, filsafat adalah ilmu pokok yang merupakan pangkal dari segala pengetahuan.
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Pragmatisme dan Scholastisisme

1.    Idealisme


NO
KONSEP
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
1.
Hakikat Realitas
-    Bersifat spiritual atau ideal, fundamental, non material
-    Pikiran, spirit, roh
-    Spirit, ide
2.
Hakikat Manusia
-    Bersifat spiritual/kejiwaan.
-    Memiliki kemampuan berpikir, kemampuan memilih, dsb
-     Manusia adalah makhluk yang bebas
-     Manusia memiliki kemampuan rasional untuk menentukan pilihan.
Menurut plato manusia memiliki 3 bagian jiwa yaitu:
  • Nous (akal pikiran) yang merupakan bagian rasional
  • Thumos (semangat atau keberanian)
  • Ephitumia ( keinginan, kebutuhan atau nafsu)

3.
Hakikat Pengetahuan
-    Proses berpikir
-    Intuisi
-    Mengingat kembal
4.
Hakikat Nilai
·         Bersifat abadi
·         Sesuatu yang berharga
·         Sesuatu yang diinginkan orang
·         Nilai dapat menjadi aturan-aturan yang dapat memerintah manusia
·         Nilai moral imperatif dan abadi

5.
Tujuan Pendidikan
-     Mengembangkan pikiran, kepribadian, bakat yang dimiliki para siswa.
-     Menumbuhkan karakter pada diri seorang siswa.
6.
Kurikulum Pendidikan
·        Pendidikan liberal : untuk mengembangkan kemampuan   rasional dan moral
·        Pendidikan vokasional : untuk mengembangkan kemampuan suatu kehiduan/pekerjaan
·        Kurikulum merupakan nilai-nilai kebudayaan yang esensial dalam segala jaman.

7.
Metode Pendidikan
-    Mengajarkan bagaimana berpikir
-    Metode mengajar yang bisa mendorong untuk berpikir reflektif, logis
-    Meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran
-    Dapat menerima nilai-nilai peradaban manusia.
8.
Peranan Pendidik
·        Melatih berpikir kreatif untuk menghasilkan siswa yang unggul.
·        Pendidik harus unggul (exelent)
·        memiliki pengetahuan yang luas
·        proses transfer ilmu





Idealisme berasal dari kata “ideal” dengan tambahan sufiks/akhiran “-isme” yang berasal dari bahasa Yunani kuno -ισμός (-ismos) yang memiliki fungsi membentuk kata benda abstrak terhadap suatu tindakan, keadaan, pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’ sendiri memiliki arti suatu kondisi paling wajar yang dikehendaki atau diinginkan. Contoh yang paling mudah dari sebuah idealisme biasaya digunakan pada bidang politik, sosial, dan segala suatu hal yang bersifat pemikiran. Idealisme menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki arti:
1.            Suatu aliran di ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai
satu-satunya hal yang benar, yang dapat dirasakan dan dipahami .
2.            Hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita (yaitu menurut suatu patokan atau pedoman yang dianggap sempurna).
3.            Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan.
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidpu pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
1.      Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2.      Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The only space or place of the world is the soul," and "Time must not be assumed to exist outside the soul”.
Keunikan manusia terletak dalam fakta bahwa manusia memberikan makna- makna simbolik bagi tindakan-tindakan mereka. Manusia menciptakan rangkaian gagasan dan cita-cita yang rinci dan menggunakan konstruk mental ini dalam mengarahkan pola perilaku mereka. Berbagai karakteristik pola perilaku yang berbeda- beda dalam masyarakat yang berbeda dilihat sebagai hasil serangkaian gagasan dan cita- cita yang berbeda pula. Paham idealisme memandang bahwa cita-cita (yang bersifat luhur) adalah sasaran yang harus dikejar dalam tindakan manusia. Manusia menggunakan akalnya untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat.
Para idealis menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan jasad adalah fana. Lebih lanjut penganut idealisme transendental menganggap bahwa alam semesta atau makro kosmos ini tidak ada. Karena sesungguhnya yang ada hanyalah Allah yang menciptakannya. Diri manusia atau mikro kosmos adalah makhluk spiritual yang merupakan bagian dari substansi spiritual alam semesta.
Apa yang harus diketahui sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran. Para mendidik berusaha agar murid mencapai keadaan kesempurnaannya. Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi. Paling tinggi tingkatannya adalah ilmu umum tentang filosofi dan theologi. Kedua hal ini bersifat abstrak. Matematika menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami ilmu atau logika yang bersifat abstrak. Sejarah dan literatur mempunyai posisi yang tinggi karena ia mewariskan nilai moral, model budaya dan kepahlawanan maupun contoh kehidupan. Ilmu alam dan sain menjadi prioritas berikutnya karena menyediakan penjelasan tentang hubungan sebab akibat.
Di samping siswa memahami literatur, Idealisme menganggap perlu terbentuknya manusia yang baik. Untuk itu siswa tidak hanya didorong untuk mengembangkan skill dan akal pikiran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan yg secara naluri sudah ada. Bagi idealist maka nilai-nilai mencerminkan kebaikan yang terkandung pada alam semesta. Nilai-nilai ini bersifat absolut, universal dan tidak berubah. Tindakan etis muncul dari warisan budaya. Pendidik mengajarkan kepada murid-muridnya akan nilai- nilai unggul dari mahakarya manusia yang bertahan dari masa ke masa.
Pertanyaan mendasar seperti: Apa itu pengetahuan? Jawabnya: Pengetahuan adalah sesuatu yang menyangkut tentang prinsip-prinsip spiritual yang mendasari realitas. Pengetahuan tentang realitas ini membentuk ide-ide atau gagasan. Pendidikan adalah proses intelektual membawa gagasan atau ide kepada kesadaran para pembelajar.
Pertanyaan tentang: Apakah itu sekolah? Jawabnya: Sekolah adalah agen sosial di mana siswa berusaha mencari, mengungkap dan mendapatkan kebenaran. Sekolah adalah institusi dimana guru dan murid mencari jawab atas pertanyaan mendasar seperti: Apakah kebenaran itu? Apakah yang dinamakan keindahan itu? Apakah kehidupan yang baik itu? Semua orang berhak mendapatkan pegetahuan ini. Sehingga semua orang berhak sekolah. Meski demikian tidak setiap orang mempunyai kemampuan intelektual yang sama. Murid yang cerdas perlu mendapatkan tantangan yang lebih dari guru. Tujuan pembelajaran adalah memupuk kreatifitas.
Bagaimana cara pembelajaran dilakukan? Methode yang paling sesuai adalah metode dialog Socrates. Siswa dipancing dengan pertanyaan yang dapat membangkitkan kesadaran. Aspek lain yang penting dalam padangan idealits adalah pemberian contoh teladan. Guru harus mempunyai wawasan luas tentang warisan budaya.
Dalam bidang masalah kualitas maka guru idealist menerapkan standar nilai yang tinggi bagi siswa-siswanya. Dalam Plato’s Republic, misalnya, standar nilai ini ditetapkan sedemikian tinggi sehingga hanya sedikit siswa yang mampu mencapainya dan menjadi ‘raja filsafat’.
Guru menjadi agen penting dalam menolong siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Guru idealis menyajikan bahan belajar berupa warisan budaya yang terbaik. Membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya mereka untuk kebudayaan. Sejarah dilihat sebagai cara melihat bagaimana manusia besar memberikan sumbangsih pada dunia. Guru akan menyajikan karya klasik terbaik dibidang seni, literatur maupun musik untuk dipelajari dan dinikmati.
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah: (1) Metafisika-idealisme; Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih dapat berperan; (2) Humanologi-idealisme; Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih; (3) Epistemologi-idealisme; Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat berpendapat; (4) Aksiologi-idealisme; Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan: untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikkan  sosial;
(2) Kurikulum: pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan;
(3) Metode: diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan;
(4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya;
(5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.

2.  Realisme
FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME



NO
KONSEP
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
1.
Hakikat Realitas
- Pikiran, jiwa, spirit, roh
- Sesuatu yang nyata, substantial dan material yang hadir dengan sendirinya (entity).
2.
Hakikat Manusia
- Bagian dari alam apa yang dkerjakannya
- Pikiran (jiwa)
- sebuah organisme
- mampu berpikir dan manusia dapat berpikir dengan bebas.
3.
Hakikat Pengetahuan
- Ide-ide.
- Pengalaman yang di alami diri manusia.
- Berpikir untuk mencari objek dan menemukan sebuah kebenaran.
- Tidak dapat mengubah substansi atau esensi realitas.
4.
Hakikat Nilai
- Nilai adalah suatu pemberian dari masyarakat kepada individu
- baik buruknya dalam bersikap.
- sesuatu yang berharga bagi masyarakat dan individu
- sesuatu yang dicari.
5.
Tujuan Pendidikan
- Mengembangkan potensi para peserta didik
- Dapat bertahan hidup dalam era globalisasi
- Memperoleh keamanan dan memiliki skill yang baik
- Memberikan pengetahuan yang essensial
- Memberikan keterampilan-keterampilan
6.
Kurikulum Pendidikan
- Sains/ ilmu pengetahuan alam dan matematika
- Ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial
- Nilai-nilai
- Berpusat pada materi pelajaran ( subject matter centered ).
7.
Metode Pendidikan
- Belajar dapat melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung
- Bersifat otoriter.
- Evaluasi
8.
Peranan Pendidik
- Guru sebagai penentu materi pelajaran, membuat mata pelajaran
- Sebagai sesuatu yang kongkrit untuk dialami siswa.
- Harus mengusai pengetahuan, teknik-teknik mengajar
- Mengembangkan kompetensi dan mencapai tujuan pendidikan.




Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
(1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme);
(2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir;
(3) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan  memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;
(4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam.
Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
(2) Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;
(3) Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;
(4) Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik;
(5) Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.





3.      Pragmatisme


NO
KONSEP
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
1.
Hakikat Realitas
Pengalaman, plural, berubah-ubah, eksperimental, instrumentalisme.
2.
Hakikat Manusia
Bagian dari perubahan, suatu kreasi, evaluasi biologis, psikologis, sosial manusia ideal : mampu memecahkan masalah.
3.
Hakikat Pengetahuan
Metode ilmiah, fenomena, kebenaran, workability, satisfaction and result, pengaplikasian, relatif.
4.
Hakikat Nilai
Tidak bersifat ekslusif, benarnya bersifat relatif masyarakat, ultimate value.
5.
Tujuan Pendidikan
Berpikir untuk menyesuaikan diri, pengalaman, kesehatan, keterampilan, minat dan hobi, demokrasi.
6.
Kurikulum Pendidikan
Tradisi memperbaiki diri, pengalaman, demokrasi, perubahan, teruji/pengalaman yang telah teruji.
7.
Metode Pendidikan
Metode pemecahan masalah, metode penyelidikan dan penemuan, ikhlas, bersahabat, kreatif, sabar, pembimbing, bermasyarakat.
8.
Peranan Pendidik
Menyediakan pengalaman, membimbing pemecahan masalah, membimbing memecahkan tujuan, bekerja sama dalam evaluasi kelas progresivisme.





Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
1) kekuatan Pragmatisme
Ø  Kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer, khususnya di Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu pengetahuan maupun teknologi.Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia, bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
Ø  Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
Ø  Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada “kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompo pragmatisme merupakan pendukung terciptanyademokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat modern.

2) Kelemahan Pragmatisme
Ø  Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemepuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
Ø  Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.
Ø  Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusipa hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.
Implikasi Terhadap Pendidikan :
            Tujuan Pendidikan. Pendidikan harus mengajarkan seseorang bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Tujuan-tujuan pendidikan meliputi:
1) Kesehatan yang baik
2) Keterampilan-keterampilan kejuruan (pekerjaan)
3) Minat-minat dan hobi-hobi untuk kehidupan yang menyenangkan
4) Persiapan untuk menjadi orang tua
5) Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan masalah-masalah sosial
            Pendidikan juga harus meliputi pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Menurut Pragmatisme, pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan sosialnya (Edward and Clark, 1983).
            Kurikulum Pendidikan. Dalam pandangan Pragmatisme, kurikulum sekolah seharusnya tidak terpisahkan dari keadaan-keadaan masyarakat. Karena itu masalah-masalah masyarakat demokratis harus menjadi bentuk dasar kurikulum; dan makna pemecahan ulang masalah-masalah lembaga demokratis juga harus dimuat dalam kurikulum. Karena itu kurikulum harus menjadi:
1) Berbasis pada masyarakat
2) Lahan praktek cita-cita demokratis
3) Perencanaan demokratis pada setiap tingkat pendidikan
4) Kelompok batasan tujuan-tujuan umum masyarakat
5) Bermakna kreatif untuk pengembangan keterampilan-keterampilan baru
6) Kurikulum berpusat pada siswa
Metode Pendidikan. Penganut Eksperimentalisme atau Pragmatisme mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (Problem Solving Method) serta metode penyelidikan dan penemuan (Inquiry and Discovery Method).
Peran guru dan siswa. Dalam Pragmatisme, belajar selalu dipertibangkan untuk menjadi seorang individu. Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuannya pada siswa, sebab ini merupakan usaha tak berbuah.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a) Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.
b) Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
c) Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok.
d) Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
e) Bersama-sama kelas mengevaluai apa yang telah dipelajari.

4.    Scholastisisme


NO
KONSEP
KATA-KATA KUNCI MAKNA KONSEP
1.
Hakikat Realitas
Alam: ciptaan Tuhan, hylemorphe, berbentuk, individuasi, perbedaan, esensi, dan eksistensi.
2.
Hakikat Manusia
Ciptaan Tuhan, kesatuan badan dan jiwa, makhluk alamiah, makhluk berpikir, makhluk bermasyarakat, makhluk spiritual, tujan hidup berupa kebahagiaan, jalan tuhan.
3.
Hakikat Pengetahuan
Keimanan, resiko, intuisi.
4.
Hakikat Nilai
Universal, kebaikan, tanggung jawab, kebenaran yang pasti, absolut.
5.
Tujuan Pendidikan
Mengembangkan potensi, potensi intelektual, fisikal, volisional (kemauan), juga vocasional, kesempatan.
6.
Kurikulum Pendidikan
Meliputi agama dan humanities, disiplin matematika, logika, bahasa, dan retorika, pendidikan liberal, pelajaran fundamental.
7.
Metode Pendidikan
Latihan formal, disiplin pikiran, kateksimus, metode tanya jawab.
8.
Peranan Pendidik
Perennialisme, menekankan pengetahuan dan nilai-nilai bersifat unversal.





Scholastisisme berpandangan bahwa kenyataan sebenarnya terdiri atas kenyataan fisik dan material serta kenyataan rohaniah dan cita yang lebih tinggi daripada kenyataan fisik dan material. Tujuan pendidikan adalah membantu individu mencapai tingkat tertinggi sebagai manusia, yaitu manusia yang berkembang penuh akal pikirannya, dan yang tunduk patuh kepada hukum Tuhan.
Implikasi Terhadap Pendidikan :
            Tujuan Pendidikan. Pendidikan harus bertujuan untuk mengembangkan potensialitas manusia secara penuh menurut doktrin Scholastic. Karena manusia adalah rational being/animal rational, keseluruhan potensiya meliputi intelektual, fisikal, volisional (kemauan), dan vocasional.
            Kurikulum Pendidikan. Isi pendidikan harus meliputi agama dan ilmu kemanusiaan (humanities).
            Metode Pendidikan. Metode pendidikan yang diutamakan adalah metode mendisiplinkan pikiran (Disciplining the mind); latihan formal (formall drill); persiapan jiwa dan Catekhisme.
            Peranan guru dan siswa. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Guru mempunyai wewenang untuk mengatur kelas.
            Orientasi pendidikan Scholastisisme adalah Perennialisme (Callahan and Clark, 1983). Hal ini dapat dipahami karena pendidikan Scholastisisme menekankan pengetahuan pengetahuan dan nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal, absolue, menetap atau abadi, serta prinsipnya yang religius. Perennialisme memandang tugas pendidikan adalah untuk memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, universal, absolute dan abadi atau menetap tersebut yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang diakuinya sebagai kebudayaan yang ideal.

4 komentar:

  1. pas nyari2 materi ehh ngeliyat blog sebias. annyeong unnie

    BalasHapus
  2. Annyeong chingu :) nde, kamsahamnida udah mampir di blog ini :)
    haha kita sama2 yeojachingunya kyuhyun ya? kekeke :P

    BalasHapus
  3. makasih ya..:) blognya mbantu tugas kuliahku smester 5 pgsd matkul landasan filosofis..thx

    BalasHapus
  4. makasih sudah membantu mama saya dalam mengerjakan makalahnya.. makasih bantuannya :)

    BalasHapus