BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak
lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sehingga di zaman era globalisasi
ini setiap manusia membutuhkan pendidikan.
Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Semakin maju
pendidikan suatu bangsa maka semakin cerah dan terarah juga kesejahteraan
masyarakat dari suatu bangsa itu sendiri. Dengan begitu dapat juga sebagai
pengontrol sejauh apa masyarakat dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan
nasional.
Seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki seperangkat
ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak.Guru
sebagai tenaga pendidik dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang terjadi
pada saat ini. Hilangnya sebagian pemahaman, tugas guru sebagai pendidik yang tidak
hanya menyampaikan pengetahuan semata kepada anak, akan tetapi dapat
mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terstruktur.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas kami merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud dengan
Pendidikan?
- Mengapa pendidikan itu penting?
- Bagaimana tentang ilmu
pendidikan sebagai teori?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui : 1. Pengertian pendidikan
2. Pentingnya pendidikan
3. Ilmu pendidikan sebagai teori.
D.
Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan sebagai
penambah ilmu pengetahuan tentang salah satu kompentensi yang harus dikuasai
oleh guru yakni pedagogik dan sebagai media informasi tentang konsep dasar
pedagogik baik secara teoritis maupun praktis.
E.
Sistematika Penulisan
D. Manfaat
Penulisan Makalah
A. Pengertian
Pendidikan
B. Pentingnya
Pendidikan
C. Ilmu
Pendidikan Sebagai Teori
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pendidikan
1.1 Pendidikan dalam Arti Khusus
Pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti
anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogic
secara harfiah berari pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang
pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan
pedagogik adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup
tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia
kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah ilmu pendidikan anak.
Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik” dengan
istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik
beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran
bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi
berarti pendidikan, yang lebih menekankan pada praktek, menyangkut kegiatan
mendidik, kegiatan membimbing anak.
Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, krisis
dan objektif, mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia, hakekat
anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan. Walaupun
demikian, masih banyak daerah yang gelap sebagai “terraincegnita” (daerah tak
dikenal) dalam lapangan pendidikan, karena masalah hakekat hidup dan hakekat
manusia masih banyak diliputi oleh kabut misteri.
Dalam bahasa inggris istilah pendidikan dipergunakan
perkataan “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan
di sekolah, dengan alasan, bahwa di sekolah tempatnya anak didik oleh para ahli
yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi.
Selanjutnya makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian
secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seorang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan
Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
a)
Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik
adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya
atas tanggung jawab sendiri.
b)
Menurut Prof. S. Brojonegoro,
mendidik berarti member tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam
pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani
dan jasmani.
c)
Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai
usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka
pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan
upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab
keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh drijarkara (Ahmadi,
Uhbiyati: 1991), bahwa:
a)
Pendidikan adalah hidup bersama
dalam keatuan tritunggal ayah-ibu-anak, di mana terjadi pemanusiaan anak. Dia
berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawa.
b)
Pendidikan adalah hidup bersama
dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, di mana terjadi pembudayaan anak. Dia
berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawa.
c)
Pendidikan adalah hidup bersama dalam
kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, di mana terjadi pelaksanaan nilai-nilai,
dengan mana dia berproses untuk akhirnya bias membudaya sendiri sebagai
manusia purnawa.
Jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan
pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa, menurut Langeveld
disebut “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut pedagogik
berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik dalam hal
ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua,
membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri,
agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
1.2 Pendidikan
dalam Arti Luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.
Menurut Handerson, pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi
manusia untuk mengembangkan manusia yang baik dan intelegen, untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan,
bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan didalam
maupun diluar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dalam Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik.
Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas (dalam arti
luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilakukan:
v Pertama, pendidikan berlangsung
seumur hidup
v Kedua, bahwa tanggung jawab
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia.
v Ketiga, bagi manusia pendidikan
merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan
dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya. Henderson
(1959) mengemukakan bahwa pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat
dielakan oleh manausia, suatu perbuatan yang ‘tidak boleh’ tidak terjadi,
karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi
yang terbaik.
Knowles (1980)
mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga (orang
dewasa) untuk belajar. Berbeda dengan pedagogi yang dapat diartikan sebagai
seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak. Andragogi adalah suatu model proses
pembelajaran peserta didik (wajib belajar) dewasa. Andragogi disebut juga
sebagai teknologi perlibatan orang dewasa apabila metode dan teknik
pembelajaran melibatkan warga belajar. Keterlibatan itu adalah kunci
keberhasilan pendidikan dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu
membantu warga belajar untuk:
a. mengidentifikasikan kebutuhan,
b. merumuskan tujuan belajar,
c.
ikut serta memikul tanggung awab dalam
perencanaan dan penyusunan
pengalaman belajr dan,
d.
ikut serta dalam mengevalusi kegiatan
belajar.
1.3 Pengertian dalam Arti Luas Terbatas
Pengertian pendidikan
dalam arti luas terbatas adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang (Redja Mudyahardjo, 2001:
11).
Pengertian pendidikan ini merupakan jalan tengah antara
pengertian pendidikan maha luas dan pengertian pendidikan secara sempit.
Pendidikan berlangsung pada situasi-situasi tertentu dan dilaksanakan secara
terprogram pada setiap jenis, jenjang dan bentuk pendidikan. Waktu
pelaksanaannya dengan memilah-milah waktu pelaksanaannya untuk keperluan setiap
kegiatan pendidikan.
Lingkungan pendidikan tempat berlangsungnya kegiatan yang
bersifat dimana saja tetapi ditentukan berdasarkan keperluan, artinya sesuai
dengan lingkungan pendidikan yang dibutuhkan pada suatu bentuk pendidikan
tertentu, yakni pendidikan formal, nonformal maupun informal. Tujuan pendidikan
tidak bersifat terpisah-pisah dari setiap kemampuan yang diperoleh pada setiap
bentuk pendidikan, akan tetapi sebagai suatu kesatuan pengembangan kemampuan
yang diperolehnya serta adanya keterpaduan dengan tujuan-tujuan sosial. Dengan
demikian tujuan pendidikan adalah sebagai penunjang dalam mencapai tujuan hidup
manusia.
1.4 Mendidik,
Mengajar dan Melatih
Pendidikan pada hakekatnya
mengandung tiga unsure, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga hal
tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukan usaha yang
lebih ditunjukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat,
kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan lain-lainnya. Mengajar berarti
memberi pelajaran tentang berbagi ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan
kemampuan berfikirnya. Disebut juga pendidikan intelek. Latihan ialah usaha
untuk memperoleh keterampilan dengan melatih sesuatu secara berulang-ulang,
sehingga terjadi mekanismesasi atau pembiasaan.
Tujuan mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu,
yang terintegrasi, yang sering di rumuskan untuk mencapai kepribadian yang
sewasa. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelektual anak ialah
supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang
diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berpikir
seperti abstrak logis, objektif, kritis, sistematis analisis, sintesis,
integrative, dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan
tentang sesuatu
2. Pentingnya
Pendidikan
2.1 Manusia Memerlukan
Bantuan
Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang mempunyai
kebebasan dan hak-haknya sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam
ikatan kerja sama dengan sesama manusia yang disebut kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat sebagai kolektifitas mengalami pendidikan. Manusia tidak dapat seluruhnya
bergantung pada insting semata, banyak segi kehidupan yang perlu diperjuangkan
dan dikuasai dengan belajar dan berusaha.
Pendidikan tidak saja berusaha melimpahkan segala milik
kebudayaan dari generasi sepanjang masa kepada generasi muda, melainkan juga
berusaha agar generasi yang akan datang dapat mengembangkan dan meningkatkan
kebudayaan ke taraf yang lebih tinggi. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan
mutu kehidupan manusia, baik secara individu, maupun sebagai kelompok dalam
bermasyarakat.
2.2 Pendidikan
dalam Praktek
Pendidikan dalam pelaksanannya
berbentuk pergaulan dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju
kepada tujuanpendidikan, yaitu manusia mandiri, memahai nilai, norma-norma
susila dan sekaligus mampu berprilaku sesuai dengan norma-norma tersebut.
Pendidikan fungsinya membimbing anak didik, dan bimbingan anak itu akan didik
kearah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai
kedewasaan..
Menurut Jan Lighthart pendidikan itu
didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain,
yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Kebijaksanaan artinya lebih luas dari
keilmuan. Pendidikan dapat pula diartikan pengembangan individu-individu atau
kelompok-kelompok kehidupan atau masyarakat besar atau kecil. Upaya pendidikan
bukan saja terdiri atas sikap perbuatan dan seluruh kepribadian pendidik,
melainkan juga alat-alat pendidikan yang dengan sengaja dimanfaatkan oleh
pendidik, seperti buku-buku pelajaran, alat-alat permainan, lingkungan fisik
yang diadakan oleh pendidik, seperti perumahan yang memadai, ruang bermain,
tempat rekreasi, hewan peliharaan , dan film.
3. Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
3.1 Pentingnya
Teori Pendidikan
Perbuatan mendidik bukan perbuatan sembarangan, melainkan
perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak
kepada suatu tujuan yang akan dituju. Pendidikan sebagai suatu kegiatan manusia
dapat kita amati sebagai suatu praktik dalam kehidupannya, misalnya kegiatan
dalam ekonomi, kegiatan dalam hukum, agama, dan sebagainya. Disamping itu
pendidikan secara akademik secara pengalaman yang bersumber dari
pengalaman-pengalaman maupun renungan pendidikannya yang mencoba melihat
makna pendidikan dalam suatu lingkup yang lebih luas, yang pertama disebut
praktik pendidikan, sedangkan yang kedua disebut teori pendidikan.
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan, memilikin hubungan yang komplementer atau saling
melengkapi. Seperti misalnya pelaksanaan-pelaksanaan pendidikan dalam keluarga,
pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dapat dijadikan sumber dalam
menyusun teori pendidikan. Dalam praktik memang ada orang yang tidak
mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, namun ia berhasil
membimbing anak-anaknya.
J.H Gunning dari Belanda pernah mengemukakan bahwa “Teori
tanpa praktik merupkan perbuatan yang amat istimewa (genius), sebaliknya
praktik tanpa teori bagi orang gila dan penjahat” Akan tetapi menurut Gunning
bagi kebanyakan pendidik perlu panduan yang cocok dari keduanya antara teori
dan praktek, sebab kalau tidak di bekali teori pendidikan, jangan sampai terjerumus,
dimana perbuatan pendidik tersebut seperti perbuatan yang tidak terencana dan
tidak tentu arah tujuannya.
Ilmu pendidikan
sebagai teori perlu kita pelajari karena praktik mendidik tanpa di dasari oleh
teori tentang pendidikan, akan membawa kita kepada kemungkinan berbuat
kesalahan. Ilmu pendidikan pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang sifatnya praktis.
Karena pada dasarnya ilmu kependidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip
serta tujuan tentang kegiatan mendidik. Setiap ilmu pada hakikatnya adadah
teori,tapi ada teori tentang perbuatan manusia (jadi ilmu yang sifatnya
praktis), dan teori yang tidak ditunjukan kepada perbuatan manusia seper
biologi, kimia, fisika, matematieka, dan sebagainya.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu
dipelajari, karena akan memberi beberapa manfaat:
1.
Dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan yang akan dicapai
2.
Untuk
menghindaari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam
praktek, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui
mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, walaupun teori tersebut bukan suatu
resep yang jitu.
3.
Dapat
dijadikan sebagai tolak ukur, sampai dimana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
3.2 Pendidikan
dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Dengan adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda
diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dengan kebudayaannya
secara progresif.
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji
pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil. Pada tingkat dan skala mikro
pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama
(subyek) yang masing-masing bernilai setara. Pengolahan proses dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi
kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah
ataupun kelas, sanggar-sanggar belajar dan satuan-satuan pendidikan lainnya
dalam masyarakat.
Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai orang perorang karena
interaksi antar pribadi (interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi
internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya
sebagai orang kesatu (yaitu aku) dan saya sebagai orang kedua atau ketiga
(yaitu daku atau-ku; harap bandingkan dengan pandangan orang Inggris antara I
dan me).
Pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji
pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar. Pada skala makro pendidikan
berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa,
antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan
masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan
bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian
nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda dalam kehidupan
masyarakat. Pengolahan proses dalam
ruang lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang lazimnya
dituangkan dalam bentuk UU pendidikan, Peraturan Pemerintah, SK Menteri, SK
Dirjen serta dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional
yang lain.
Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam arti luas dan
skala makro maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berangsung dengan
baik dan bersama-sama. Pada skala makro ini pendidikan sebagai gejala sosial
sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama komunikasi dua arah. Dilihat
dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan perasaan
yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh peserta didik. Maka
pendidikan dalam skala makro cenderung dinilai bersifat konservatif dan
tradisional karena sering terbatas pada penyampaian bahan ajar kepada peserta
didik dan bisa kehilangan ciri interaksi yang afektif.
Pengelompokan kajian pendidikan secara makro dan mikro
tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a.
Manusia sebagai individu, dan
sebagai anggota masyarakat
Sebagaimana kita ketahui manusia sebagai makhluk individu ia
hidup bersama-sama di dalam masyarakat, hidup bersama dengan orang banyak di
luar dirinya, antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, Havigurts mengatakan bahwa manusia tidak akan
menjadi manusia kalu ia tidak hidup bersama dengan dan dalam masyarakat. Dalam
kegiatan pendidikan individu dan masyarakat keduanya saling membutuhkan.
1)
Pendidikan individu
Pendidikan
yang harus ada pada individu meliputi pembinaan jasmani rohani, yakni:
(pertumbuhan fisik) keterampilan motorik, perkembangan bahasa, latihan
berfikir/ mental, pembinaan kehidupan sosial.
2)
Pendidikan kelompok
Pendidikan
yang dilaksanakan dalam kelompok, misalnya pendidikan di sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan pramuka, pendidikan taman kanak-kanak dan
sebagainya dalam bentuk makro.
b. Tanggung jawab Pendidikan
1)
Tanggung jawab keluarga
Pendidikan
mikro sebagai upaya pendidikan untuk mendewasakan anak, sepenuhnya merupakan
tanggung jawab keluarga. Sejak anak mulai di masukan ke dalam pendidikan taman
kanak-kanak sampai dengan ia lulus sekolah. Kesemuanya adalah tanggung jawab
ibu dan ayahnya, yang bertanggung jawab baik secara moral, spiritual, dan
fisik materialuntuk mendewasakan anak.
2)
Tanggung jawab bersama
Tanggung
jawab pendidikan dalam arti luas merupakan tanggung jawab bersama semua pihak,
yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 7 sampai dengan pasal
11).
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
Pedagogik merupakan ilmu pendidikan anak. Pendidikan adalah
usaha sadar manusia dewasa untuk membimbing anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaan. Guru itu mempunyai tiga tugas yaitu mendidik, melatih dan
mengajar. Mendidik itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan afektif,
melatih berhubungan dengan psikomotor dan mengajar berhubungan dengan kognitif
(intelektual).
Pendidikan itu sangat penting karena manusia tidak dapat
seluruhnya bergantung pada insting semata, banyak segi kehidupan yang perlu
diperjuangkan dan dikuasai dengan belajar dan berusaha lewat pendidikan.
Ilmu pendidikan itu tidak hanya
teori saja akan tetapi selalu berkaitan dengan praktek. Pendidikan
dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam
skala kecil dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan
yang dilaksanakan dalam skala besar.
2.
Saran
Sebagai
seorang tenaga pendidik tidak hanya mampu mengajarkan tetapi dapat mendidik
anak ke arah tujuan hidup yang benar serta dapat memahami pentingnya pendidikan
dan ilmu pendidikan sebagai teori.